POTENSI MAKANAN TRADISIONAL KUE BIKA TUTUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI DAERAH MANDAILING NATAL

  • Annisa Nabila nabila S1 Pariwisata, Universitas Imelda Medan
  • Siti Aisyah S1 Pariwisata, Universitas Imelda Medan
Kata Kunci: Bika Tutung, Attraction, Traditional Cakes

Abstrak

Kabupaten Mandailing Natal memiliki 24 Kecamatan yang terdiri dari 27 Kelurahan dan 407 desa, Perkembangan industri pariwisata dapat memberikan peluang bagi berkembangnya produk-produk wisata, termasuk kuliner di Daerah Mandailing Natal Tingginya perkembangan industri pariwisata, memberikan peluang yang sangat besar bagi masyarakatnya, untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata, khususnya wisata kuliner yang saat ini masih sangat terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makanan tradisional sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Daerah Mandailing Natal yang memiliki makanan khas tradisional yang memiliki rasa yang enak. Makanan tradisonal tersebut bernama Bika Bakar. Untuk pembuatan bika cukuplah unik karena menggunakan sabut kelapa. Jika di Medan Kita mengenal Bika Ambon maka di Mandailing Natal terdapat Bika Bakar atau bika tutung. Kue Bika Tutung merupakan salah satu makanan khas Madina, Sumut. Makanan ini akan bisa kita temukan di Pasar Lama dan Pasar Baru Panyabungan. Namun kue ini lebih favorit untuk daerah Pasar Maga, Kecamatan Lembah Sorik Marapi atau di Tano Bato, Kecamatan Panyabungan Selatan.Kue Bika Tutung ini sangat populer dijadikan oleh-oleh dari Mandailing Natal, selain itu saat Bulan Ramadhan kue ini juga banyak diburu untuk bukaan puasa. Bika Tutung dibuat dari campuran buah pisang, tepung, kelapa dan gula aren yang kemudian dipanggang menggunakan sabut kelapa. Dalam proses pemanggangannya kue tersebut akan dibolak-balik untuk kematangan lebih baik. Tutung dalam bahasa batak memiliki arti dibakar

Referensi

Aina Rahmayani, & Sabam Syahputra Manurung. (2022). Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) Di Objek Wisata Tangkahan. TOBA: Journal of Tourism, Hospitality and Destination, 1(3), 148–154. Retrieved from https://journal.literasisains.id/index.php/toba/article/view/845

Bessiere, J. (1998). Local Development and Heritage Traditional Food and Cuisine as Tourist Attraction in Rural Areas. Socialogy Ruralis, Vol 38(1). ISSN 0038-0199 Global Report on Food Tourism 2012:6

Besra, E. (2012). Potensi Wisata Kuliner Dalam Mendukung Pariwisata Di Kota Padang. Jurnal Riset Akutansi Dan Bisnis, 12(1),74-101.

Hall, M. C., Sharples, L., Mitchell, R., Macionis, N., & Cambourne, B. (2005). Food tourism around the world: Development, management and markets (1st ed.). Great Britain: Elsevier Inc.

Kivela, J. & Crotts, J. C. (2006). Tourism and Gastronomy: Gastronomy’s Influence on HowTouristsExperience a Destination. Journal of Hospitality & Tourism Research, 30 (3), 354-377.

Kivela, J. J. & Crotts, J. C. (2009). Understanding travelers’ experiences of gastronomy through etymology and narration. Journal of Hospitality and Tourism Research, 33(2),161-192.

Manurung, SS, Lestari, A, & Gulo, Y (2021). PELAKSANAAN ATRAKSI WISATA PADA EVENT PESONA AEKHULA KABUPATEN NIAS BARAT TAHUN 2022. Jurnal Ilmiah Pariwisata …, jurnal.uimedan.ac.id, https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPSI/article/view/1206

Pitanatri, Putu Diah Sastri. 2016. Inovasi Dalam Kompetisi: Usaha Kuliner Lokal Menciptakan Keunggulan Kompetitif di Ubud. Jumpa. Vol.2, Juli 2016

Diterbitkan
2023-07-28