FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PENGOBATAN TBC PADA PENDERITA TBC DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA

  • Imelda Liana Ritonga Universitas Imelda Medan
  • Andika Putra Manurung Universitas Imelda Medan

Abstrak

Penyakit Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan disetiap negara. Terdapat 22 (dua puluh dua) negara dikategorikan memiliki penderita penyakit TBC terbesar (High Burden Countries), termasuk Indonesia. Penderita TBC banyak menghentikan pengobatan (Drop Out) sebesar (51%) di Indonesia pada tahun (2018), hal ini dapat menjadi masalah kesehatan individu dan masyarakat. Pengobatan TBC yang tidak tuntas dapat menyebabkan peningkatan penularan, resistensi obat, hingga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan pengobatan TBC pada penderita TBC di RSU Imelda Pekerja Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Case Study dengan Holistic Single Case Study. Sampel yang diambil terdiri dari 5 (lima) orang yang menderita TBC gagal pengobatan yang diperoleh menggunakan teknik Purposive Sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan instrumen wawancara kemudian dikelola dalam bentuk tema. Berdasarkan data wawancara, terdapat 5 (lima) tema yang  menjadi faktor penyebab kegagalan pengobatan pada penderita TBC, yaitu (1) Efek samping obat, (2) Tidak adanya Pengawas Menelan Obat (PMO), (3) Kurangnnya motivasi, (4) Kurangnya pengetahuan dan (5) Ketidakpatuhan pasien minum obat. Berdasarkan tema-tema pada hasil penelitian, maka untuk menurunkan angka kegagalan pengobatan TBC diharapkan, (1) Sebaiknya menyediakan pelayanan program Pengawas Menelan Obat (PMO) pada penderita TBC di rumah  melalui layanan telepon, yang bertujuan apabila keluarga pasien atau PMO yang kesulitan untuk memberikan obat atau mengawasi penderita TBC untuk menelan obat dapat berkonsultasi kepelayanan kesehatan lewat telepon agar penderita mau menelan obat yang diberikan, (2) Memberikan motivasi yang kuat dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita TBC dalam menentukan peran PMO dan (3) Memperkuat kerjasama lintas sektor dalam mengadakan kader penanggulangan TBC kepada masyarakat dipuskesmas serta memberikan pelatihan pada kader, sehingga dapat memberikan informasi kepada pihak Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru (UP4) tentang perkembangan kesehatan TBC di masyarakat.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Bengal, W., Roy, N., Basu, M., Das, S., Mandal, A., Dutt, D., & Dasgupta, S. (2015). Risk factors associated with default among tuberculosis patients in Darjeeling district of. 4(3), 388–394.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL). (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Inayah, S., & Wahyono, B. (2019). Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS. Higeia J Public Heal Res Dev, 3(2), 223–233.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2, 13 (2011).
Pedoman Manajemen Pelayanan Kesehatan, (2014).
Tuberkulosis ( TB ), (2018).
Nuraini, N., Naziah, N., & Zainaro, M. A. (2018). Pengalaman Putus Obat Pada Klien Tb Yang Mendapatkan Pengobatan Oat Dengan Strategi Dots Di Rs Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Jurnal JKFT, 3(2), 70.
Ozer, E. K., Goktas, M. T., Toker, A., Pehlivan, S., Bariskaner, H., Ugurluoglu, C., & Iskit, A. B. (2017). Thymoquinone protects against the sepsis induced mortality, mesenteric hypoperfusion, aortic dysfunction and multiple organ damage in rats. In Pharmacological Reports, 69(4).
Sarwono, S. (1993). Sosiologi kesehatan, beberapa konsep beserta aplikainya. Gajah Mada University Press.
Sundari, A. R., Simbolon, R. L., & Fauzia, Dina, G. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Pengobatan Tuberkulosis Paru di Lima Puskesmas Se-kota Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, 4(2), 1–20.
Tjokroprawiro, A., Setiawan, P. B., Santoso, D., & Soegianto, G. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Diterbitkan
2022-09-30