PENGARUH TERAPI NEBULIZER TERHADAP FREKUENSI NAPAS PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

  • Ratna Dewi Universitas Imelda Medan
  • Sarmaida Siregar Universitas Imelda Medan
  • Mukhtar Effendi Harahap Universitas Imelda Medan
  • Christine Handayani Siburian Universitas Imelda Medan
Kata Kunci: Terapi nebulizer, PPOK, Frekuensi pernapasan

Abstrak

Perubahan fisiologis akibat inflamasi pada pasien PPOK secara signifikan menurunkan tingkat karbon dioksida yang rendah didalam darah yang menimbulkan sesak dengan frekuensi napas meningkat, sehingga pentingnya terapi yang cepat mengencerkan sekret, melancarkan jalan napas, dan melemahkan saluran pernapasan seperti terapi nebulizer. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh terapi nebulizer terhadap frekuensi napas pada pasien PPOK. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen pre dan post test one sample test. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 responden dengan menghitung frekuensi napas melalui metode inspeksi. Uji yang digunakan wilcoxon signed rank test. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya pengaruh sebelum dan sesudah terapi nebulizer tehadap frekuensi napas pada pasien PPOK dengan nilai ƥ value = 0,000. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan terapi nebulizer sangat berpengaruh terhadap penurunan frekuensi napas pada pasien PPOK. Disarankan agar perawat melakukan terapi nebulizer dengan frekuensi dan durasi waktu yang tepat untuk efek keberhasilan penurunan frekuensi pernapasan. 

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemenklinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2017). Executive summary global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease.

Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem Pernafasan dan Tata Laksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kemenkes RI, (2017). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS): Data dan Informasi Tahun 2018. Jakarta: Balitbang. Profil Kesehatan Indonesia.

Lisa, T. G., & Saad, A. (2015). Profil Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Kedokteran, 2(2), 1-13.

Luo, et al. A Modified Nebulization Modality Versus Classical Ultrasonic Nebulization and Oxygen-Driven Nebulization in Facilitating Airway Clearance in Patients with Acute Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease : A Randomized Controlled Trial. http://dx.doi.org/10.3978/j.issn.2072-1439.2015.17.12.

Muttaqin, A. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Penghimpunan Dokter Paru Indonesia.(2011). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Slamet, H. et al .(2010). Buku ajar ilmu penyakit paru. Surabaya: Departemen ilmu penyakit paru FK Unair-RSUD Dr Soetomo.

Smeltzer, Suzane C., & Bare, Brenda G., (2008). Buku Ajar Kesehatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Supriyatno, B., (2010). Terapi Kombinasi pada Serangan Asma Akut Anak. Majalah Kedokteran Indonesia Vol.60, No.5 pp 232.

Syutrika, A., Sondakh., Onibala, F., & Nurmansyah, M. (2020). Pengaruh Pemberian Nebulisasi Terhadap Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan.

WHO. (2016). World COPD Day in Your Country. http://www.Goldcopd.Org/wed inyoiurcountry.html?country_id=55&submit= Go.
Diterbitkan
2022-03-28